Sabtu, 24 Maret 2012

BLT di Mata Rakyat Kecil


Seiring dengan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 1 april 2012 mendatang, pemerintah juga ternyata sudah merencanakan pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). BLSM adalah sebuah bantuan dengan cara memberikan sejumlah uang dalam periode tertentu kepada masyarakat yang tidak mampu. Jika kita telusuri lagi, bantuan semacam ini sangat mirip dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang juga diberikan kepada masyarakat tidak mampu pada saat BBM naik beberapa tahun yang lalu.

Bantuan semacam ini terbukti tidak efektif pada waktu itu. Di berbagai daerah banyak terjadi pemberian BLT yang tidak tepat sasaran. Selain itu, pemberian BLT pada waktu itu juga menimbulkan antrean yang tidak terorganisir sehingga menimbulkan kericuhan dimana-mana. Terakhir, BLT juga dinilai oleh sejumlah kalangan sebagai cara yang tidak mendidik dan terlalu memanjakan masyarakat. Lantas bagaiman tanggapan masyarakat tidak mampu atas rencana pemberian BLT jilid dua yang sekarang dinamakan BLSM ini?

Saiful (38), mengaku bahwa pemberian BLSM yang akan diberikan nanti tidak akan banyak menolong dirinya. Selain sifatnya yang hanya sementara, saiful juga mengeluh akan mengalami kesulitan jika pengambilan BLSM nanti harus melewati antrean yang panjang dan rawan kericuhan seperti pengambilan BLT dulu. “Dulu saja saya harus desak-desakan tiap ada pengambilan BLT, susah banget prosesnya,” keluhnya. Pedagang ketoprak keliling itu pun mengaku lebih memilih agar BBM tidak dinaikkan daripada harus berjibaku berebut BLSM.

Senada dengan saiful, Nur (41) juga mengaku lebih memilih agar BBM tidak dinaikkan daripada menerima BLSM. Dia mengaku sulit jika harus berdesak-desakan saat pengambilan BLSM. Wanita paruh baya yang sehari-hari bekerja menjaga warung kecil miliknya ini mengaku akan lebih baik jika BLSM diberikan dalam satu periode saja, tetapi dengan jumlah yang sekaligus besar, sehingga bisa digunakan sebagai tambahan modal usaha. “Kalau dikasihnya dikit-dikit begitu sih, cuma habis buat kebutuhan rumah tangga saja,” ujarnya.

Sementara itu, Ali (42) mengaku sudah kapok dengan BLT dan sejenisnya. Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai cleaning service ini mengaku bahwa dirinya tidak hanya disulitkan dengan antrean yang panjang dan berdesak-desakan, tapi juga dengan syarat administrasi yang sulit. “Mengurus syarat-syaratnya saja sudah susah, waktu syarat-syaratnya sudah lengkap, harus desak-desakan. Setelah berjam-jam desak-desakan, uangnya sudah habis dan saya tidak kebagian. Kapok saya!” keluh bapak empat anak tersebut.

Hengki (36), juga mengungkapkan hal yang sama. “Syarat untuk dapat BLT itu susah sekali, heran saya,” ujarnya. Meskipun begitu, pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek ini mengaku terpaksa mengikuti proses pembagian BLT karena itulah satu-satunya opsi bantuan dari pemerintah. Baginya, sedikit banyak, BLT dapat membantu meringankan beban dirinya dan keluarga. “Ya kalau tidak diambil kan sayang. Walaupun harus desak-desakan, tidak masalah lah, namanya perjuangan,” ujarnya.

Pada dasarnya, masyarakat kecil kurang setuju dengan adanya pemberian bantuan langsung dari pemerintah seperti BLT dan BLSM. Namun, karena itu adalah satu-satunya opsi yang ditwarkan, mereka pun mau tidak mau, terpaksa harus menerimanya. Kedepannya, pemerintah diharapkan bisa member opsi bantuan lain yang lebih baik kepada masyarakat kecil. Jika opsi lain itu memang tidak ada, setidaknya BLT jilid II yang sudah berubah nama menjadi BLSM ini diharapkan bisa berjalan dengan proses yang jauh lebih baik dari BLT terdahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar