Di
tempat lain, Zafran dengan santai berjalan kearah motor yang terparkir di depan
halaman rumahnya. “Cari makan apa ya jam segini?” Zafran menggumam sendiri
dalam hati. Tubuhnya yang kurus kerempeng terlihat agak menggembung karena
tertutup oleh jaket malamnya yang tebal, yang sudah dipakainya dari dalam
rumah. Perlahan-lahan, dinaikinya motor Honda Supra-X yang sudah hampir 7 tahun
menemaninya kemana-mana itu. Posisi spion motor yang terlalu naik ke atas,
samar-samar memantulkan wajah zafran yang selalu tampak lugu dan polos. Secara
perlahan zafran langsung menjalankan motornya, meninggalkan halaman rumahnya
yang terlihat cukup asri.
BRAK!!!
Di
tengah gelapnya malam yang hanya diterangi cahaya redup lampu jalan,
samar-samar terlihat Hengki dan Motornya tergeletak. Meskipun sudah tergeletak,
suara mesin motornya yang memang bising masih bisa memecah kesunyian malam itu.
Tidak jauh, hanya berjarak beberapa meter di sampingnya, terlihat Zafran yang
sedang terduduk dan meringis kesakitan, sementara motornya juga masih dalam
keadaan terguling.
Tidak
mau kalah dengan suara motornya yang masih berisik, Hengki pun berusaha
bangkit. Perlahan-lahan ditegakkan motor kebanggaannya itu. Redup lampu jalan
yang samar-samar membantu Hengki mengamati kerusakan yang terjadi di motornya
akibat tabrakan barusan. Dari motornya, Hengki mulai mengalihkan pandangannya
selama beberapa detik ke arah zafran yang masih terduduk dan meringis
kesakitan. Di tengah rasa sakitnya, zafran diam-diam merasakan sorotan mata
Hengki yang tajam itu, namun matanya masih tertunduk ke aspal, belum berani
melirik kearah sesosok pria berbadan besar yang menatapnya tersebut.
Perlahan-lahan,
Hengki mulai berjalan menjauh dari sana. Sambil berjalan, Hengki terus melihat
ke arah bawah sambil sesekali menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Namun
pandangannya tetap tertuju ke bawah. Gelagatnya seperti mencari sesuatu. “Tapi
apa?” Benak Zafran bertanya-tanya dalam hati. Sakit di lutut Zafran seakan
mulai hilang karena melihat orang yang barusan bertabrakan dengannya bertingkah
aneh seperti itu.
Hengki
menunduk, mengambil sesuatu dari trotoar jalan. Dia akhirnya berhasil menemukan
sesuatu yang sudah dicarinya dari tadi. Alangkah kagetnya Zafran ketika Hengki
membalikkan badan ke arahnya. “Batu?!” Zafran berteriak panik dalam hati.
Seketika
tubuh besar Hengki langsung berjalan sangat cepat ke arah Zafran. Sambil
berjalan, wajahnya menunjukkan ekspresi kekesalan yang amat sangat. Tangannya
yang kekar terlihat mantap menggenggam batu besar yang hampir seukuran batu
bata itu.
Zafran semakin panik. Wajahnya pucat pasi.
Kaget. Shock. Tidak menyangka
kejadian ini akan menimpa dirinya. Terpikir oleh Zafran untuk kabur, namun
motornya yang butut pasti langsung terkejar oleh motor sport Hengki yang super
kebut itu. Terpikir oleh Zafran untuk melawan, namun badannya yang kecil tidak
mungkin seimbang dengan badan Hengki yang besar. Terpikir oleh zafran untuk meminta tolong, namun saat
itu pukul 3 pagi, tidak ada satupun sosok manusia disana. Terlintas di pikiran
zafran untuk….
BRAK!!! BRAK!!! BRAK!!!
Belum sempat zafran berpikir kembali, bunyi keras tersebut langsung memecah suasana dini hari yang sunyi. Terlihat Hengki dengan sekuat tenaga membenturkan batu ke step motornya. Dia berusaha meluruskan step motornya yang bengkok.