Rabu, 02 Maret 2011

Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari


Ini sebenernyya cuma tugas filsafat, tapi karena setelah gw pikir-pikir keren juga, jadi gw posting aja dah ke blog.



Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Sebuah peribahasa yang sudah sering kita dengar selama ini. Namun alangkah baiknya jika peribahasa ini tidak hanya kita dengar, tetapi juga kita pelajari. Ya, terutama bagi para guru. Banyak orang yang bilang bahwa guru itu adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Seorang guru selalu bekerja tanpa pamrih untuk membuat murid-muridnya menjadi pintar dan terdidik. Tapi dapat kita lihat kenyataanya sekarang bahwa gambaran seorang guru sebagai “pahlawan” tersebut sudah sangat jarang ditemukan. Alih-alih membuat murid-muridnya menjadi seseorang yang terdidik, banyak guru yang justru harus dididik. Mulai dari kemampuan mereka untuk mengajar, hingga kelakuan dan tingkah laku mereka yang benar-benar tidak pantas untuk dijadikan panutan oleh para siswa.
Masalah yang paling mendasar adalah bahwa banyak guru yang tidak memiliki kemampuan untuk mengajar. Bayangkan saja, seorang “pengajar” tetapi tidak bisa “mengajar”. Bahkan banyak guru yang tidak benar-benar menguasai apa yang mereka ajarkan. Sebagai akibatnya mereka menjelaskan kepada murid-muridnya sambil membaca buku/materi tertentu yang jelas akan membuat proses pembelajaran menjadi tidak efektif.
Masalah-masalah lain tentang guru yang tidak kalah pelik adalah mengenai kelakuan dan tingkah laku para guru tersebut. Kelakuan yang sungguh tidak pantas untuk ditiru dan dijadikan panutan oleh para muridnya. Yang pertama adalah banyaknya guru yang merokok di lingkungan sekolah, bahkan dikelas-kelas ketika mereka mengajar. Selain itu banyak pula guru-guru yang malas. Hal ini biasanya terjadi kepada guru PNS (Pegawai Negeri Sippil) karena mereka selalu mendapatkan gaji tetap dari pemerintah setiap bulannya tak perduli apapun kontribusi mereka terhadap sekolahnya. Banyak guru-guru yang datang kesekolah atau kekelas, ada juga guru yang selalu dating, tapi dia tidak pernah menjelaskan materi, melainkan hanya memberikan tugas-tugas yang sangat banyak kepada murid-muridnya.
Sifat guru yang tidak pantas ditiru lainnya adalah merokok di lingkungan sekolah. Kita tahu bahwa murid-murid dilarang untuk merokok, Tetapi para guru dengan seenaknya memberikan contoh kepada murid-muridnya Lebih parah lagi, diantara sebagian guru yang merokok itu ada yang merokok di kelas sembari memberikan materi pelajaran. Tentu saja itu akan membuat proses pembelajaran terganggu dan tidak efektif.
Ternyata di jaman edan sekarang ini tidak hanya pejabat-pejabat tinggi yang bisa korupsi. Tapi para guru yang notabene pahlawan tanpa tanda jasa pun ikut-ikutan korupsi. Namun kalau pejabat memakan uang rakyat, guru memakan uang murid. Contoh kasus kecilnya adalah ketika guru memberikan beberapa lembar kertas fotokopian kepada muridnya, mereka menggandakan harganya menjadi berkali-kali lipat. Tidak hanya itu, mereka juga sering menaikkan uang LKS dan sebagainya. Dan inilah contoh kasus yang paling parah. Biasanya, pada akhir semester banyak murid terkena remedial karena nilainya tidak mencukupi. Namun banyak guru yang tidak memberikan remedial berupa “soal” kepada muridnya, melainkan berupa “barang”. Ya, barang seperti buku hingga alat-alat elektronik kecil seperti flashdisk, mixer dsb yang tentu saja tidak ada hubungannya sama sekali terhadap pelajaran.
Saya pikir, semua ini bisa terjadi karena tidak adanya aturan yang benar-benar tegas terhadap guru. Selama ini peraturan hanya identik dengan siswa. Selain itu, tidak adanya pengawasan dari siapapun juga sering membuat mereka berbuat semaunya. Terkadang, kepala sekolah yang seharusnya menjadi pengawas yang baikpun ikut larut dalam ketidakperdulian terhadap sikap para guru tersebut.
Seharusnya pemerintah membuat peraturan-peraturan yang disiplin terhadap para guru. Jika perlu, sebaiknya diberikan reward danpunishment agar kinerja guru juga semakin baik. Selain itu pemerintah juga sebaiknya membentuk badan/ lembaga yang bertugas untuk mengawasi para guru. Jadi disetiap sekolah ditugaskan beberapa orang untuk mengawasi kinerja guru menjadi lebih baik. Sertifikasi guru juga harus diperbaiki dan disusun ulang oleh pemerintah karena hal itu hanya mementingkan berkas-berkas dan kesenioritasan guru sehingga kemampuan mengajar guru menjadi tidak berkembang. Tidak hanya pemerintah, tetapi murid-murid juga punya peranan penting dalam mengatasi hal ini. Kita tahu selama ini murid-murid selalu beranggapan bahwa guru selalu benar, dan kalaupun salah mereka tidak pernah / tidak berani menegur guru itu secara langsung. Hal seperti itulah yang harusnya dirubah mulai dari sekarang. Para murid berhak menegur gurunya jika memang gurunya salah. Murid-murid tidak boleh beranggapan bahwa guru itu selalu benar karena guru itu adalah ,manusia dan pastinya mempunyai kesalahan juga.
Guru itu adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Guru dapat membuat murid-muridnya pintar. Membuat murid-muridnya menjadi dokter, mentri bahkan presiden. Guru itu adalah sebuah “panutan dan “contoh” bagi murid-muridnya. Ibarat peribahasa guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jjika guru-guru berkelakuan buruk, sudah jelas kelakuan murinya akan lebih buruk lagi. Sebaliknya jika guru berkelakuan baik, sudah jelas murid-muridnya akan berkelakuan baik pula. Oleh karena itu kita harus mengembalikan citra guru di indonesia yang harum bak pahlawan seperti semula. Jika para guru sudah menjadi baik, maka murid-muridpun akan menjadi baik pula dan jika para tunas harapan bangsa kita tersebut sudah menjadi baik, maka kelak bangsa ini akan menjadi bangsa yan baik, amin.