Senin, 20 Februari 2012

Pengalaman Berwirausaha Pemilik Madtari, Menginspirasi


Ini tugas mata kuliah entrepreneurship/kewirausahaan. Tugasnya disuruh mewawancarai seorang entrepreneur yang usahanya sudah mulai berjalan minimal 3 tahun, dan pilihan gw jatuh kepada Madtari. Memang agak susah menemui pemiliknya, tapi setelah ditemui ternyata orangnya ramah dan asik, kisah hidupnya juga cukup menginspirasi. Ini dia sejarah singkat Madtari.
 
Madtari. Ketika mendengar kata ini, pikiran orang-orang yang tinggal di bandung pasti akan langsung tertuju kepada sebuah cafe yang terletak di kawasan dago.  Café yang terkenal dengan porsi kejunya yang sangat banyak ini, ternyata sudah mulai dirintis dari tahun 1997. Hanya memulai usahanya dari pedagang kaki lima, Om David, begitu beliau biasa disapa, sukses membawa madtari menjadi salah satu café besar yang paling dikenal di kota bandung. Usaha Om David ini dimulai ketika beliau melihat sebuah peluang emas. Pria yang berasal dari Garut ini merasa bahwa tanaman pisang yang sangat banyak di daerahnya tidak memiliki nilai jual sama sekali. Beliau pun berpikir keras bagaimana caranya agar pisang-pisang yang menumpuk itu dapat dijual di pasaran.
Setelah mendapatkan ide cemerlang, tanpa pikir panjang lagi, Om David pun berangkat untuk mengadu nasib ke Kota Bandung. Dengan bermodalkan uang 6 juta rupiah, pria yang sekarang baru berusia 36 tahun ini membuka Pisang Bakar Madtari. Jadi, produk dari café madtari ini, awal mulanya hanyalah Pisang Bakar. Seiring waktu berjalan, barulah bertambah menjadi Roti Bakar, Indomie dsb. Sementara, nama madtari sendiri, diambil dari nama orang tua beliau. Om david mengatakan bahwa penggunaan nama tersebut bertujauan agar beliau selalu teringat kepada orang tuanya. Om David juga berharap bahwa penggunaan nama orang tuanya dapat membawa hoki.
Sepanjang perjalanannya, café Madtari ini sudah beberapa kali pindah tempat.  Madtari yang  pertama, berdiri di depan dago plaza tahun 1997. Namun karena daerah tersebut akan dibuat taman, madtari pun mengalami penggusuran dan harus pindah ke BPRS. Setelah itu, café yang sangat digandrungi anak muda untuk nongkrong-nongkrong ini pun kembali mengalami beberapa kali perpindahan tempat, yakni ke Bank Bumi Putra, Dipatiukur hingga akhirnya sekarang ke jalan Ranggagading Dago.
Perjalanan berat dirasakan Om David dari tahun 1997-2001. Menurutnya 4 tahun pertama tersebut adalah masa-masa sulit yang dialami madtari. “Empat tahun pertama itu jangan bicara soal keuntungan dulu, yang penting cukup aja buat makan dan hidup,” ungkap Om David menggambarkan perjuangannya dulu. Namun, Om David Mengungkapkan bahwa hasil yang diraihnya sekarang sangat sesuai dengan masa sulit yang dialaminya dulu. Lebih dari sesuai bahkan.
Om David berpendapat, ada satu hal yang membuat madtari bisa mencapai kesuksesan seperti sekarang ini, yaitu harganya yang murah. Pemilik madtari ini mengakui bahwa dalam hal pelayanan, tempat, dan kualitas, madtari masih banyak kalah dengan café-café lainnya. Namun untuk urusan harga, madtari juaranya. Bahkan, ketika pindah ke tempat dengan biaya sewa yang lebih besar, Om David mengaku tidak mau menaikkan harga jual makanannya. Beliau justru lebih memilih siasat lain untuk mengakali sewa tempat yang mahal, yaitu dengan sistem buka 24 Jam.
Ketika ditanya soal penggunaan keju yang sangat banyak, Om David mengaku bahwa madtari memang memiliki kerjasama dengan Kraft. Kerjasama itu dimulai sejak tahun 2007 ketika volume penjualan madtari sudah sangat tinggi. Walaupun begitu, Om David merasa bahwa kerjasama perusahaannya dengan Kraft tidak lantas membuat harga pembelian Keju nomor 1 di Indonesia itu jadi turun drastis dari harga di pasaran. Kerja sama tersebut hanya membuat harga keju kraft turun beberapa persen saja. Lantas jika tidak mendapatkan harga keju yang murah, apa tidak rugi menggunakan keju yang sebanyak itu? Untuk pertanyaan ini, Om David mengaku bahwa madtari hanya mendapatkan keuntungan yang sangat kecil dari makanannya.  Namun, yang namanya makanan, pasti juga ada minuman. Nah, dari minuman inilah madtari mendapatkan keuntungan yang cukup besar.
Untuk pengelolaan cafenya sendiri, Om David mengatakan bahwa café madtari ini tidak menggunakan sistem pembukuan. Jadi beliau tidak tau pasti keuntungan per hari, per bulan atau per tahunnya. Tapi pria yang memang sangat humoris ini sempat bercanda bahwa omset sebulannya cukup untuk membeli satu mobil alphard. Untuk masalah pembukuan ini, Om David pun sadar kalau dirinya memang salah dan tidak patut untuk dicontoh. Untuk pengelolaan karyawan pun, Om David hanya menggunakan sistem kepercayaan penuh. Beliau yakin karyawannya tidak akan macam-macam karena beliau sangat menghargai setiap keringat yang keluar dari tubuh karyawannya. Om David mengaku bahwa karyawannya mendapat gaji yang setimpal dengan usahanya. Karyawan-karyawannya juga tidak dibatasi untuk memakan segala makanan yang ada di café ini. Bahkan yang hebatnya lagi, Om David sangat perduli jika ada karyawannya yang sakit, sampai-sampai dipanggilkan dokter. “Silahkan diklarifikasi sendiri ke karyawan saya,” ucap Om David meyakinkan. Setelah itu, kami pun sempat mewawancarai beberapa karyawannya dan hasil wawancaranya memang sangat sesuai dengan apa yang dikatakan Om David.
Untuk masalah promosi, Om David mengaku tidak melakukan promosi-promosi  tertentu terhadap produknya seperti iklan, diskon dsb. Madtari bisa terkenal, menurutnya hanya dari proses antar mulut ke mulut. “Kami tidak pernah memasang iklan-iklan tertentu baik itu di media cetak maupun elektronik. Diskon-Diskon juga kami gak pernah. Ya, mungkin proses dari mulut ke mulut, antar orang per orang aja kali ya,” ungkap pria yang mempunyai hobi sebagai bikers itu.
Sampai sekarang madtari sudah memiliki 3 anak cabang lainnya, yaitu di Jatinangor, Surapati dan cikutra. Untuk cabang ini, Om David mencoba bermain aman dengan membeli langsung tanahnya. Jadi, untuk cabang, tanahnya sudah milik pribadi. Lain dengan pusat yang tanahnya masih sewa karena harganya yang sangat mahal. Selain untuk mengejar keuntungan lebih, Om David mengibaratkan ketiga cabangnya ini sebagai candi-candi. “Jadi Madtari pusat adalah candi besarnya dan ketiga cabang adalah candi kecilnya. Jika Candi besar runtuh, setidaknya masih ada candi-candi yang kecil,” ungkap Om David. Untuk ke depannya Om David mengaku akan membuka cabang lebih banyak lagi jika kondisinya mendukung. Sayangnya, cabang-cabang madtari ini belum ada yang dibuat dalam bentuk franchise.
Sebagai penutup, Om David sebagai Entrepreneur yang cukup sukses kemudian memberikan Tips-Tips usaha. Tips pertama yang paling penting untuk memulai sebuah usaha adalah berani. Berani memulai dan berani mengambil resiko. Tips yang kedua, ketika usaha sudah kita mulai, kita harus sabar. Sabar dalam artian jangan cepat putus asa dan jangan cepat gonta-ganti usaha. Om David mengibaratkan hal ini seperti bercocok tanam. “Misalnya kita nanam padi, terus karena lama buahnya, dicabut. Terus kita nanam jagung, terus karena buahnya lama lagi, dicabut lagi. Kapan mau dapet hasilnya kalo gitu terus?” Ungkap Om David menggambarkan. Tips yang terakhir adalah dukungan dari keluarga. Dukungan ayah, ibu, istri dan anak bila yang sudah berkeluarga, itu sangat penting. Kalo tiga itu udah ada dalam usaha, insyaallah lah,” ungkapnya meyakinkan.