5 cm
bercerita tentang lima sahabat, Genta, Zafran, Arial, Ian dan Riani yang mulai
bosan dengan kehidupan pertemanan mereka yang begitu-begitu saja. Pada suatu
hari, Genta mempunyai ide untuk merubah keadaan tersebut. Genta mengusulkan
agar mereka tidak bertemu dulu selama tiga bulan, agar bisa menjalani kehidupan
yang fresh dan baru. Awalnya keempat lainnya menolak usulan genta tersebut,
namun karena genta meyakinkan dengan berbagai alasan, akhirnya mereka menerima.
Genta pun sudah mempunyai ide untuk merayakan pertemuan mereka di tiga bulan
yang akan datang, namun ide tersebut baru akan dikabarkan oleh genta melalui
sms satu minggu sebelum hari H. Mereka berlima pun menjalani kehidupan mereka
masing-masing tanpa berinteraksi satu sama lain. Singkat cerita, hari “satu
minggu sebelum hari H” pun tiba. Genta mengirimkan sms yang langsung diterima
oleh keempat teman-temannya, berisi instruksi untuk berkumpul di stasiun senen dengan
membawa peralatan-peralatan tertentu. Saat sudah bertemu di stasiun senen dan
naik kereta, terungkap lah kemana tujuan mereka: Mahameru.
Seperti
banyak novel yang diangkat ke layar lebar, film 5 CM ini masih jauh kalah bagus
dengan novelnya, yang sebenarnya juga tidak bagus-bagus amat (jika dibandingkan
dengan reputasinya). Untuk masalah sinematografi, bisa dibilang film ini
terlihat cukup mumpuni, mungkin karena perpaduannya adalah keindahan alam
mahameru. Bumbu-bumbu komedi yang sebenarnya bukan unsur utama dalam film ini,
juga ditampilkan secara cukup baik, meskipun sebagian masih diisi dengan komedi
dewasa yang cendrung kurang cerdas. Sisanya, film yang tayang perdana pada
tanggal cantik “12-12-12” yang banyak salah dipersepsikan orang sebagai
kiamatnya suku maya ini, dipenuhi kekurangan disana-sini. Dialog yang aneh dan
kaku, adegan yang lebay dan tidak
realistis, akting yang buruk, nasionalisme yang maksa, hingga konflik yang
hampir tidak ada, mendominasi film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini.
Spoiler Alert:Dialog :
Spoiler Alert: Adegan :
Akibat dipenuhi oleh dialog dan adegan yang ditulis secara aneh, kaku, lebay dan maksa, acting para pemainnya pun menjadi terpengaruh. Akting para pemain yang sebenarnya diisi oleh aktor profesional sekelas Ferdi Nuril, Herjunot Ali, dan Pevita Pearce ini menjadi buruk, kaku, dan tidak natural. Efeknya, karakter yang ada di dalam novel pun tidak bisa tergambar dengan baik. Kelima tokoh sahabat yang sudah bertahun-tahun berteman pun menjadi terlihat kurang akrab dalam beberapa adegan.
Spoiler Alert: Unsur Nasionalis :
Terakhir, bumbu utama dalam suatu film, yaitu konflik, sama sekali tidak terlihat di dalam film ini. Konflik internal antar sahabat, yang seharusnya bisa digali dan ditonjolkan karena merupakan tema utama dalam cerita film ini, sama sekali tidak muncul. Akibatnya, film ini terasa agak garing dan kurang menggigit.
Rating: 5/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar